Rabu, 13 Mei 2009

Teknik komunikasi kreatif pada anak tentang mimpi


Mimpi pada anak-anak dapat mempunyai efek yang kuat pada perilaku,mimpi dapat dialami sebagai seakan-akan benar atau dapat menjadi kenyataan, karena pada anak-anak saat diferensiasi antara realita dan fantasi belum tercapai sepenuhnya. Anak-anak mempunyai reaksi yang kuat terhadap mimpi,reaksinya bisa berupa senang atau rasa takut.Pada periode tertentu seorang anak terbangun dari tidur yang terganggu oleh isi mimpi dan mengalami ketakutan yang hebat sehingga anak tidak mau kembali tidur dengan reaksi menangis, kecuali setelah ditentramkan oleh orang tuanya dengan cara minta kepada anak menceritakan tentang mimpi atau mimpi buruk yang dialami semalam dan gali bersamanya tentang kemungkinan arti mimpi.Contoh anak menangis sambil mendekap orang tuanya lalu dia bilang mama saya mimpi buruk lalu orang tuanya berkata mimpi buruk apa sayang ? anak menjawab, mamah saya mimpi mamah meninggal,saya jadi takut terjadi apa-apa pada mamah. Ga apa-apa sayang semua orang pernah mengalami mimpi,sekarang mamah tanya kalau Intan sering takut ditinggal mamah ngga? Karena mimpi itu adalah sebuah bayangan dari apa yang kita fikirkan,makanya kalau mau tidur berdoa dulu dan harus sering mendoakan orang tua.Karena pada usia 7 tahun anak mengetahui bahwa mimpi diciptakan oleh dirinya sendiri.Antara usia 3-6 tahun secara normal anak ingin membiarkan pintu kamar tidur terbuka atau lampu menyala, sehingga mereka dapat mempertahankan kontak dengan orang tuanya atau melihat ruangan dalam cara yang realistik dan tidak menakutkan.Dengan demikian gangguan yang berhubungan dengan tidur, seringkali dihubungkan dengan pengalaman mimpi.Ritual dijadikan sebagai alat pelindung yang dibentuk untuk menjadikan aman penarikan dari dunia realitas memasuki dunia tidur.Sering kali isi mimpi tampaknya untuk melepaskan muatan motorik dan anak pergi keorang dan tempat yang dapat menawarkan perlindungan baginya.